Minggu, 05 Februari 2012

SI ANAK PERFEKSIONIS* DAN SI IBU PLEGMATIS*

Judul ini muncul tiba-tiba di kepala, setelah akhir-akhir ini melihat sulungku, Muhammad (4 tahun setengah). Mulai menunjukkan perubahan-perubahan yang cukup menggelitik. Tak Cuma sekali dua kali ia memperlihatkan sikap keperfeksionisanya.
                Pernah di suatu malam si ibu plegmatis baru pulang dengan anak-anaknya sehabis berjalan-jalan dari rumah salah seorang rekan. Setiba di rumah, berhubung si adik ngantuk berat sehingga menjadi cukup rewel dan si ibupun juga cukup letih mengingat  hampir seharian beraktivitas, maka mereka bergegas ke kamar untuk tidur. Dengan menghamparkan sprey seadanya ke atas kasur, tidurlah si ibu dan si adek di atas ranjang. Tiba-tiba si anak perfeksionis menggerutu, “ii..iiihhh…ini spleinya (sprey maksudnya) naah jelek betul, sambil tangannya sibuk menyempurnakan ujung sprei ke masing-masing sudut ranjang. "Nah, liat nah mi...", dia tarik sudut sprey yang satu, sedang ujung sprey yang lain tertarik. Ia lakukan berulang-ulang sampai akhirnya berhenti sendiri. Lalu berucap lagi, “mii, ini nah mii. Susah betul…lebarin lagi sampai di situ nah mi (di sudut-sudut ranjang). aku mau baring mii”. Si ibu plegmatis dengan santainya hanya menjawab “aduuh umi dah ngantuk berat nah nak, biar aja yang penting spreynya sudah di hampar. Kakak masih biasa tidur di atsnya kan? Ga usah sudah di tarik-tarik terus. Besok aja baru di hampar betul-betul, insyaAllah. Lagian ade sudah tidur, kalo di tarik lagi nanti adik terbangun, rewel dan susah lagi tidur”.  Dengan wajah manyun karena sudah kehabisan kata mungkin, ia langsung ngeloyor keluar kamar menemui abinya.
                Pernah pula dalam hal pakaian. Si anak perfeksionis, tak akan mau jika baju dan celana yang di kenakanya tidak senada dalam hal warna. Sedang si ibu plegmatis, dengan santai dan cueknya akan mengambil baju atau celana berwarna apa saja yang ia dapatkan perama kali di lemari baju si anak. Pernah waktu itu karena baju dan celana yang senada warna banyak tertinggl di rumah orangtua dan mertua si ibu, maka ketika si anak perfeksionis sudah selesai mandi dan ingin memakai pakaianya, tumpukan-tumpukan baju yang sebelumnya telah tersusun rapi, akhirnya terobrak abrik dengan sempurna. Terjadilah friksi kecil antar si ibu dan si anak. Si ibu plegmatis berkata “aduuh naak sudah di simpun, selalu di hambur”. Si anak perfeksionis dengan enteng menjawab “ aku cari celananya baju ini nah mi, nda ada yang sama dari tadi warna celananya”. Lalu si ibu plegmatis menjelaskan bahwa baju dan celana banyak yang tertinggal. Tapi dengan cueknya si anak tetap mengaduk-aduk isi lemari. Akhirnya si ibu berinisiatif untuk mengambilkan celana yang ia dapat, dengan warna hampir-hampir mirip. Tapi si anak, menolaknya. Akhirnya si ibu mengalah “ya sudah, terserah aja mau pake yang mana” (sambil berpikr bahwa hari ini ia harus menganggarkan waktunya dan tenaganya tuk merapikan lipatan pakaian yang selalu saja terbongkar berkali-kali dalm satu hari).
                Dalam masalah penampilan pun seperti itu. Si anak perfeksionis selalu mempercayakan penyisiran rambutnya kepada ibu plegmatis di karenakan kerapian dari hasilnya. Naah untuk yang satu ini ibu plegmatis bisa menyisir secara perfek (sempurna). Setelah di sisir, si anak akan mematut dirinya di depan cermin, sambil mengusap-usap rambutnya dan berkata kepada si ibunya “mi, aku ganteng kan?”(ckckck.. narsis tingkat apartemen nie anak ^^). Berkait dengan ini, pernah satu ketika salah seorang sepupunya mengusilinya, memainkan dan mengacak-ngacak rambutnya yang telah disisir rapi, maka lengkingan teriakan dan tangisnya dengan segera memecah keheningan rumah (dahsyat poko’e nangisnya). Beberapa kali sepupunya mengulanginya, maka satu teriakan yang akan ia ulangi, ”umii..sisirin lagiii….”…^^
                Si anak perfeksionis juga mempunyai punya dua jubah favorit yang paling sering mendapat jatah untuk Ia pakai sholat (karena memang baru pnya 2 ^^). Maka setelah ia pakai, ia akan ambil gantungan baju lalu ia gantungkan secara sempurna. Berbeda dengan ibu plagmatis, cukup ia buka lalu ia gantungkan di belakang pintu tanpa harus menggunakan gantungan baju,..praktis.
                Aahh perfeksionisku..titipan Rabbku, kini ia sudah dewasa. Tak terasa. Satu hal yang ia sering katakan kepada orang-orang “ aku mau jadi pemimpin, aku mau jadi ustadz, aku mau belajar ke mekkah”,..maka tetesan air mata ibu plegmatis akan turun dan berucap..amiin allohumma aamiin,..anakku syang..^^.

*Plegmatis : salah satu sifatnya adalah santai, tenang, teguh.
*Perfeksionis : keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar