Sabtu, 12 Februari 2011

ISTIGHFAR DAN TAUBAT

ISTIGHFAR DAN TAUBAT

Oleh
Dr, Fadhl Ilahi

Diantara sebab terpenting diturunkannya rizki adalah itsighfar (memohon ampun) dan taubat kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Menutupi (kesalahan). Untuk itu, pembahasan mengenai pasal ini kami bagi menjadi dua pembahasan.
Pertama, hakikat istighfar dan taubat
Kedua,  dalil syar’i bahwa istighfar dan taubat termasuk kunci rizki.
Pertama : Hakikat Istighfar dan Taubat
Sebagian besar orang menyangka bahwa istighfar dan taubat hanyalah cukup dengan lisan semata. Sebagian mereka mengucapkan.
“Artinya : Aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya”.
Tetapi kalimat-kalimat diatas tidak membekas di dalam hati, juga tidak berpengaruh dalam perbuatan anggota badan. Sesungguhnya istighfar dan taubat jenis ini adalah perbuatan orang-orang dusta.
Para ulama -semoga Allah memberi balasan yang sebaik-baiknya kepada mereka- telah menjelaskan hakikat istighfar dan taubat.
Imam Ar-Raghib Al-Ashfahami menerangkan : “Dalam istilah syara’, taubat adalah meninggalkan dosa karena keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha melakukan apa yang bisa diulangi (diganti). Jika keempat hal itu telah terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna” (Al-Mufradat fi Gharibil Qur’an, dari asal kata ” tauba” hal. 76).
Imam An-Nawawi dengan redaksionalnya sendiri menjelaskan : “Para ulama berkata, ‘Bertaubat dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba  dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga. Pertama, hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut. Kedua, ia harus menyesali perbuatan (maksiat)nya. Ketiga, ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi. Jika salah satunya hilang, maka taubatnya tidak sah.
Jika taubatnya itu berkaitan dengan hak manusia maka syaratnya ada empat. Ketiga syarat di atas dan Keempat, hendaknya ia membebaskan diri (memenuhi) hak orang tersebut. Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman) tuduhan atau sejenisnya maka ia harus memberinya kesempatan untuk membalasnya atau meminta ma’af kepadanya. Jika berupa ghibah (menggunjing), maka ia harus meminta maaf” (Riyadhus Shalihin, hal. 41-42).
Adapun istighfar, sebagaimana diterangkan Imam Ar-Raghib Al-Asfahani adalah ” Meminta (ampunan) dengan ucapan dan perbuatan. Dan firman Allah.
“Artinya : Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun” (Nuh : 10).
Tidaklah berarti bahwa mereka diperintahkan meminta ampun hanya dengan lisan semata, tetapi dengan lisan dan perbuatan. Bahkan hingga dikatakan, memohon ampun (istighfar) hanya dengan lisan saja tanpa disertai perbuatan adalah pekerjaan para pendusta” (Al-Mufradat fi Gharibil Qur’an, dari asal kata “ghafara” hal. 362).
Kedua : Dalil Syar’i bahwa Istighfar dan Taubat Termasuk Kunci Rizki
Beberapa nash (teks) Al-Qur’an dan Al-Hadits menunjukkan bahwa istighfar dan taubat termasuk sebab-sebab rizki dengan karunia Allah Ta’ala. Dibawah ini beberapa nash dimaksud :
1.    Apa yang disebutkan Allah Subhana wa Ta’ala tentang Nuh alaihis salam yang berkata kepada kaumnya.
“Artinya : Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu’, sesunguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”. (Nuh : 10-12).
Ayat-ayat di atas menerangkan cara mendapatkan hal-hal berikut ini dengan istighfar.
  1. Ampunan Allah terhadap dosa-dosanya. Berdasarkan firman-Nya : “Sesungghuhnya Dia adalah Maha Pengampun”.
  2. Dditurunkannya hujan yang lebat oleh Allah. Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata “midraaraa” adalah (hujan) yang turun dengan deras. (Shahihul Bukhari, Kitabul Tafsir, surat Nuh 8/666).
  3. Allah akan membanyakan harta dan anak-anak, Dalam menafsirkan ayat “wayumdid kum biamwalin wabanina” Atha’ berkata : Niscaya Allah akan membanyakkan harta dan anak-anak kalian” (Tafsir Al-Bagawi, 4/398. Lihat pula, Tafsirul Khazin, 7/154).
  4. Allah akan menjadikan untuknya kebun-kebun.
  5. Allah akan menjadikan untuknya sungai-sungai. Imam Al-Qurthubi berkata : “Dalam ayat ini, juga yang disebutkan dalam (surat Hud : 3 “Artinya : Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhamnu dan bertaubat kepada-Nya) adalah dalil yang menunjukkan bahwa istighfar merupakan salah satu sarana meminta diturunkannya rizki dan hujan”. (Tafsir Al-Qurthubi, 18/302. Lihat pula, Al-Iklil fis Tinbathil Tanzil, hal. 274, Fathul Qadir, 5/417).
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata :” Maknanya, jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepadaNya dan kalian senantiasa menta’atiNya, niscaya Ia akan membanyakkan rizki kalian menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, membanyakan harta dan anak-anak  untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya bermacam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai diantara kebun-kebun itu (untuk kalian)”. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/449).
Demikianlah, dan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu juga berpegang dengan apa yang terkandung dalam ayat-ayat ini ketika beliau memohon hujan dari Allah Ta’ala.
Mutharif meriwayatkan dari Asy-Sya’bi : “Bahwasanya Umar Radhiyallahu ‘anhu keluar untuk memohon hujan bersama orang banyak. Dan beliau tidak lebih dari mengucapkan istighfar (memohon ampun kepada Allah) lalu beliau pulang. Maka seseorang bertanya kepadanya, ‘Aku tidak mendengar Anda memohon hujan’. Maka ia menjawab, ‘Aku memohon diturunkannya hujan dengan majadih1 langit yang dengannya diharapkan bakal turun hujan. Lalu beliau membaca ayat.
“Artinya : Mohonlah ampun kepada Tuhamu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat”.(Nuh : 10-11). (Tafsir Al-Khazin, 7/154).
Imam Al-Hasan Al-Bashri juga menganjurkan istighfar (memohon ampun) kepada setiap orang yang mengadukan kepadanya tentang kegersangan, kefakiran, sedikitnya keturunan dan kekeringan kebun-kebun.
Imam Al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih, bahwasanya ia berkata :”Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan Al-Bashri tentang kegersangan (bumi) maka beliau berkata kepadanya, ‘Ber-istighfar-lah kepada Allah!. Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya, ‘Ber-istighfar-lah kepada Allah!. Yang lain lagi berkata kepadanya, ‘Do’akanlah (aku) kepada Allah, agar Ia memeberiku anak!, maka beliau mengatakan kepadanya, ‘Ber-istighfar-lah kepada Allah!. Dan yang lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan (pula) kepadanya, ‘Ber-istighfar-lah kepada Allah!”.
Dan kami menganjurkan demikian kepada orang yang mengalami hal yang sama. Dalam riwayat lain disebutkan :”Maka Ar-Rabi’ bin Shabih berkata kepadanya, ‘Banyak orang yang mengadukan macam-macam (perkara) dan Anda memerintahkan mereka semua untuk ber-istighfar. (Tafsir Al-Khazin, 7/154. Lihat pula, Ruhul Ma’ani, 29/73). Maka Al-Hasan Al-Bashri menjawab, ‘Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh.
“Artinya : Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai- sungai”. (Nuh : 10-12) (Tafsir Al-Qurthubi, 18/302-303. Lihat pula Al-Muharrar Al-Wajiz, 16/123).
Allahu Akbar ! Betapa agung, besar dan banyak buah dari istighfar ! Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang pandai ber-istighfar. Dan karuniakanlah kepada kami buahnya, di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Amin, wahai Yang Mahahidup dan terus menerus mengurus mahluk-Nya.
2.    Ayat lain adalah firman Allah yang menceritakan tentang seruan Hud Alaihis Shalatu was sallam kepada kaumnya agar ber-istighfar.
“Artinya : Dan (Hud berkata), Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”. (Hud : 52).
Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat yang mulia di atas menyatakan  : “Kemudian Hud Alaihis salam memerintahkan kaumnya untuk ber-istighfar yang dengannya dosa-dosa yang lalu dapat dihapuskan, kemudian memerintahkan mereka bertaubat untuk masa yang akan mereka hadapi. Barangsiapa memiliki sifat seperti ini, niscaya Allah akan memudahkan rizkinya, melancarkan urusannya dan menjaga keadaannya. Karena itu Allah berfirman.
“Artinya : Niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/492. Lihat pula, Tafsir Al-Qurthubi, 9/51).
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memiliki sifat taubat dan istighfar, dan mudahkanlah rizki-rizki kami, lancarkanlah urusan-urusan kami serta jagalah keadan-keadaan kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha mengabulkan do’a. Amin, whai Dzat Yang Memiliki keagungan dan kemuliaan.
3.    Ayat lain adalah firman Allah.
“Artinya : Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepadaNya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat”. (Hud : 3)
Pada ayat yang mulia di atas, terdapat janji-janji dari Allah Yang Mahakuasa dan Maha Menentukan berupa kenikmatan yang baik kepada orang yang ber-istighfar dan bertaubat. Dan maksud dari firmanNya.
“Artinya : Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu”. Sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma adalah. ‘Ia akan menganugrahi rizki dan kelapangan kepada kalian’. (Zaadul Masiir, 4/75).
Sedangkan Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan :”Inilah buah istighfar dan taubat. Yakni Allah akan memberikan kenikmatan kepada kalian dengan berbagai manfaat berupa kelapangan rizki dan kemakmuran hidup serta Ia tidak akan menyiksa kalian sebagaimana yang dilakukanNya terhadap orang-orang yang dibinasakan sebelum kalian”. (Tafsir Al-Qurthubi, 9/403. Lihat pula, Tafsir Ath-Thabari, 15/229-230, Tafsir Al-Baghawi. 4/373, Fathul Qadir, 2/695 dan Tafsir Al-Qasimi, 9/63).
Dan janji Tuhan Yang Mahamulia itu diutarakan dalam bentuk pemberian balasan sesuai dengan syaratnya. Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi berkata :”Ayat yang mulia tersebut menunjukkan bahwa ber-istighfar dan bertaubat kepada Allah dari dosa-dosa adalah sebab sehingga Allah menganugrahkan kenikmatan yang baik kepada orang yang melakukannya sampai pada waktu yang ditentukan. Allah memberikan balasan (yang baik) atas istighfar dan taubat itu dengan balasan berdasarkan syarat yang ditetapkan”.(Adhwa’ul Bayan, 3/9).
4.    Dalil lain bahwa istighfar dan taubat adalah diantara kunci-kunci rizki yaitu hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya :Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah2 niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan  keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberinya rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka3“.
Dalam hadits yang mulia ini, Nabi yang jujur dan terpercaya, yang berbicara berdasarkan wahyu, Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang tiga hasil yang dapat dipetik oleh orang yang memperbanyak istighfar. Salah satunya yaitu, bahwa Allah Yang Maha Memberi rizki, Yang Memiliki kekuatan akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka dan tidak diharapkan serta tidak pernah terdetik dalam hatinya.
Karena itu, kepada orang yang mengharapkan rizki hendaklah dia bersegera untuk memperbanyak istighfar (memohon ampun), baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan. Dan hendaknya setiap muslim waspada!, sekali lagi hendaknya waspada! dari melakukan istighfar hanya sebatas dengan lisan tanpa perbuatan. Sebab ia adalah pekerjaan para pendusta.

Disalin dari buku Mafatiihur Rizq fi Dhau’il Kitab was Sunnah oleh Dr. Fadhl Ilahi, dengan edisi Indonesia Kunci-kunci Rizki Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah hal. 7-18 terbitan Darul Haq, Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc

Fote Note
1. Majadih bentuk tunggalnya adalah majdah yakni salah satu jenis bintang yang menurut bangsa Arab merupakan bintang (yang jika muncul) menunjukkan hujan akan turun. Maka Umar Radhiyallahu ‘anhu menjadikan istighfar sama dengan bintang-bintang tersebut, suatu bentuk komunikasi melalui apa yang mereka ketahui. Dan sebelumnya mereka memang menganggap bahwa adanya bintang tersebut pertanda akan turun hujan, dan bukan berarti Umar berpendapat bahwa turunnya hujan karena bintang-bintang tersebut. (Tafsir Al-Khazin, 7/154).
2. Barangsiapa menetapi - dalam riwayat lain – tidak meninggalkan istighfar“. Lihat, Sunan Abi Daud, 4/267, Sunan Ibni Majah, 2/339. Dan maknanya, sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Abu Ath-Thayyib Al-Azhim Abadi yaitu saat terjadinya maksiat atau adanya ujian atau ada orang yang penyakitnya terus menerus, maka sungguh dalam setiap nafas ia membutuhkan kepadanya (istighfar dan taubat). Karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Artinya : Beruntunglah orang yang mendapati dalam shahifah (catatan amalnya) istighfar yang banyak”. (Hadist Riwayat Ibnu majah dengan sanad hasan shahih). (Aunul Ma’bud, 4/267).
3. Al-Musnad, no. 2234, 4/55-56 dan lafazh tersebut adalah redaksi miliknya ; Sunan Abi Daud, Abwabu Qiyamil Lail, Tafri’u Abwabil Witr, Bab Fil Istighfar, no. 1515, 4/267 ; Kitabus Sunan Al-Kubra, Kitabu Amalil Yaumi wal Lalilah, no 10290/2,6/118 ; Sunan Ibni Majah, Abwabul Adab, Bab Al-Istighfar, no. 3864, 2/339 ; Al-Mustadrak ‘alash Shahihain, Kitabut Taubah wal Inabah, 4/292. Sebagian ahli hadits menyatakan hadits ini dha’if karena salah satu periwayatnya (cacat). (Lihat, At-Talkhish, Al-Hafizd Adz-Dzahabi, 4/262 ; Aunul Ma’bud, 4/267 ; Dha’ifu Sunan Abi Daud, Syaikh Al-Albani, hal. 149) Tetapi sanad hadits tersebut dishahihkan oleh Imam Al-Hakim (Lihat, Al-Mustadrak, 4/262). Dan Syaikh Ahmad Muhammad Syakir berkata : “Sanad hadits ini shahih” (Hamisy Al-Musnad, 4/55). Demikian sebagai jawaban atas apa yang dikatakan tentang salah seorang perawinya. Wallahu a’lam bish shawab.

Sabtu, 05 Februari 2011


Inilah Cara Agar Mata Tak Cepat Lelah Di Depan Komputer
oleh Science and Technology Studies pada 20 Desember 2010 jam 12:27

Di era globalisasi, kebanyakan orang tak bisa jauh dari komputer dan berbagai gadget lainnya. Orang bahkan bisa menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja di depan komputer. Tapi hal ini bisa membuat mata cepat lelah atau bahkan mengalami gangguan penglihatan.

“Selain sinar matahari, sering bekerja di depan komputer juga bisa membuat mata mengalami penurunan daya penglihatan, apalagi orang sekarang kayaknya nggak bisa lepas dari komputer,” jelas Dr Rini Mahendrastari Singgih, SpM, Paed.Opthal dari Mahendra Indonesia Eye Clinic.

Menurut Dr Rini, komputerisasi dan gadget dapat menyebabkan Computer Vision Syndrome (CVS), yaitu keluhan mata dan penglihatan akibat bekerja menggunakan komputer terlalu lama.

Computer Vision Syndrome biasanya terjadi karena sistem pencahayaan yang salah, kurang berkedip dan juga posisi duduk yang tidak benar.

Gejala CVS bisa meliputi sebagai berikut:

1. Mata merah, pedih dan berair
2. Mata kering
3. Mata terasa lelah
4. Kelopak mata atau dahi terasa berat
5. Sakit kepala atau migrain (sakit kepala sebelah)
6. Rasa sakit pada bahu

Selain mengalami CVS, sering bekerja di depan komputer juga bisa menyebabkan miopia (rabun jauh), tekanan bola mata tinggi (glaukoma) dan tarikan pada otot luar bola mata.

Dr Rini memberikan beberapa cara yang dapat dilakukan agar mata tidak cepat lelah saat bekerja di depan komputer, antara lain:

1. Beristirahatlah 10 hingga 15 menit.
2. Lihat objek yang jauh kurang lebih selama 10 detik.
3. Stretching atau melakukan latihan mata.
4. Atur pencahayaan dari komputer.
5. Istirahatkan mata selama satu jam.
6. Atur posisi duduk (90 derajat), posisi keyboard (100 derajat) dari siku.
7. Jarak layar komputer sekitar 50-75 cm dari mata.

Sudah Siapkah Anak Sekolah ?

Dear mom & Dad, sekarang mungkin sudah mulai banyak orang tua yang sibuk kasak kusuk cari-cari sekolah untuk anak-anaknya ya.
Nah, sebelum sibuk mulai cari-cari sekolah, yuk, kita timbang2 dulu, apakah anak kita sudah siap bersekolah?

by: Maya Siswadi / Maya Mai Farnomisa
Sekolah menuntut kesiapan mental lho...

Banyak orang tua yg dibuat bingung, kapan ya anak musti mulai sekolah. Nah, sekolah yg saya maksud di sini adalah mulai dari playgroup/kelompok bermain..

Kalau buat saya (ini saya sendiri lho ya, jadi bisa aja gak sama buat yg lain), anak-anak baru akan saya sekolahkan umur 4 - 5 th, langsung masuk TK, bisa TK selama 1 th atau 2 th.

Tapi, ada beberapa ortu yg menilai, anak perlu juga masuk mulai dari playgroup. OK! Masing-masing ortu beda-beda pertimbangannya, gak bisa ditarik satu garis lurus yg saklek.

Selain itu masing-masing anak juga berbeda. Ada anak yang sudah siap sekolah sejak dini dan terus saja merengek minta sekolah, tapi ada juga anak yang butuh waktu lama untuk siap masuk sekolah.

Saya aja jaman dulu kecil-kecilnya pernah masuk Playgroup bareng adik saya, padahal ibu saya adalah FTM, ibu rumah tangga biasa. Tapi giliran anak sendiri saya gak mau, saya gak mau masukin anak saya sekolah lebih dini. Anak saya mulai masuk sekolah ya TK., itupun minimal umurnya 4 th..hehehe...

Buat saya kesiapan anak untuk masuk sekolah penting banget..
Pertama, kesadaran anak untuk mau sekolah tentu harus dari dirinya sendiri, karena anaklah yg akan menjalaninya, jadi dia harus mau dan mampu menanggung konsekwensinya, supaya tidak ada kasus anak mogok sekolah, males bangun pagi, dsb

Masa sekolah itu adalah masa yang sangat panjang, bayangkan berapa tahun anak harus sekolah nantinya? Nah selama masa sekolah yang nantinya panjang itu tentu ada saatnya anak akan mengalami kejenuhan, bayangkan jika sejak dini anak-anak yg mustinya "tugas psikologis dan perkembangannya" hanya bermain itu sudah "dituntut" untuk sekolah, duduk manis dan diam mendengarkan guru berbicara atau mendengarkan instruksi guru.

Sementara anak-anak usia dini kebutuhan perkembangannya masih ingin bebas bermain dan berlari kesana kemari, mengeksplor apapun yg ditemui dan dihadapinya. Mampukah "sekolah dini" memfasilitasi kebutuhan perkembangan anak itu?

Kedua, sudah siapkah anak secara mental emosional, untuk sekolah?
coba kita jawab pertanyaan-pertanyaan simpel berikut :
sanggupkah anak bangun pagi?
sanggupkah anak beradaptasi dg situasi baru tanpa ortu, hanya dg guru/asistennya ?
sanggupkah anak berada di lingkungan baru selama beberapa jam ?
sanggupkah anak menerima instruksi guru ?
sanggupkah anak mengerti apa yg diinstruksikan oleh guru ?
sanggupkah anak melakukan apa yg diinstruksikan oleh guru ?
sanggupkah anak melakukan "tugas" dari guru? seperti jika guru memberi instruksi untuk memberi warna, menggunting, menempel, menulis, dsb ?
sanggupkah anak maju ke depan kelas, bercerita, bertanya pada guru, dsb?
sanggupkah anak melakukan beberapa hal secara mandiri, seperti makan sendiri, pergi ke kamar mandi sendiri, menyimpan mainan atau peralatan ke tempatnya, dsb?
sanggupkah anak menyimpan dan memasukkan peralatannya sendiri ke dalam tas tanpa bantuan?
sanggupkah anak melakukan aktifitas-aktifitas fisik yg menuntut kemampuan motorik kasar seperti berlari, menaiki tangga, menendang /melempar bola, dsb?
sanggupkah anak menghadapi teman-temannya ?
sanggupkah anak berkenalan ?
sanggupkah anak mendekati teman dan mengajaknya main bersama?
sanggupkah anak berbagi mainan bersama temannya?
sanggupkah anak bermain bersama teman-temannya secara baik dan fair ?
sanggupkah anak menghadapi persaingan ?
sanggupkah anak menghadapi pertengkaran antar teman?
sanggupkah anak menghadapi teman yg kasar ? agresif ? suka merebut mainan ? suka mengejek teman ? dsb

Pertanyaan-pertanyaan di atas perlu dijawab ortu utk melihat seberapa jauhkan dan seberapa siapkah anak sekolah?

Hal-hal yg sudah disebutkan itu hanya beberapa hal yg akan dihadapi anak kelak di sekolahnya.

Anak-anak yg belum siap mental utk bersekolah, nantinya akan bermasalah di sekolah. Entah berdampak langsung pada saat itu juga misalnya mogok sekolah, sekolah tapi ogah-ogahan, takut/trauma sekolah, atau selalu minta ditemani di sekolah, sekolah tapi menjerit-jerit karena tidak mau masuk kelas, sekolah tapi mondar mandir di kelas, tidak konsentrasi, dsb, atau berdampak di kemudian hari, entah anak nantinya jd pendiam, pemalu, penakut, malas belajar, sulit konsentrasi, suka mengganggu teman, suka membolos, dsb.

Anak-anak yg belum siap juga nantinya akan merepotkan ortu toh? Misalnya harus ditunggui, bahkan sampai ke kelas, ditemenin belajar di sekolah sepanjang waktu?....hm....*mikir-mikir*
Jika ortu mampu memberikan stimulasi yg baik di rumah, misalnya mengenalkan konsep bentuk (segitiga, kotak, bulat, dst), konsep warna (merah, kuning, ijo, dst), konsep berhitung (pengenalan konsep jumlah seperti jumlah barang ada 1, 2, 3, dst), menulis (memegang pensil, mencoret kertas, membentuk huruf/angka) , menggambar, mewarnai, dsb dengan cara-cara yg asyik dan fun, sambil bermain, ketika sedang makan, ketika sedang jalan-jalan, ketika sedang bermain, ketika sedang membaca bersama, tanpa pemaksaan, tentu akan lebih bagus lagi. Jada anak "sekolah" dg suasana yg lebih asyik di rumah, gak harus masuk playgroup.

Karena toh yg diajarkan di playgroup untuk menstimulasi anak juga. Jadi? Kenapa bukan ortunya saja yg berusaha menstimulasi semaksimal mungkin. Belikan mainan-mainan edukatif (stacking ring, shape shorter, dsb), buku-buku permainan utk balita yg bisa diterapkan bersama anak, buku-buku cerita untuk story telling, dsb. Toh investasinya sama dg kalo kita masukkan ke playgroup (mungkin lebih hemat sedikit dan uangnya bisa buat tambahan investasi sekolah atau kuliah anak di masa depan kan ?). Tinggal kita bikin aja kurikulum dan susun target sendiri kalo menginginkan, disesuaikan dg kemampuan yg udah dicapai anak. Masing-masing ortu tentu lebih tahu kan kemampuan anaknya.

Jangan lupa, jangan cuma membelikan dan kemudian diberikan begitu saja ke anak, karena gak akan bermanfaat apa-apa, kecuali ortu mau main bersama anak dan "belajar" bersama anak hehehe. (untuk ini mungkin banyak ortu yg lebih pintar dari saya ya)

Lantas bagaimana dengan sosialisasinya? Sosialisasi juga ada masanya kog, sedari kecil anak mungkin hanya berinteraksi dengan orang dewasa atau orang yg dikenalnya, seiring dg waktu ditambah kesiapan mental dan pertambahan umur dan kematangan berpikirnya, anak juga akan belajar bersosialisasi dengan teman sebaya.

Sosialisasi gak mudah lho, gak semudah yg kita pikirkan, jadi perlu kesiapan mental juga. Bagaimana berhadapan dg teman, bagaimana berkenalan dan bertegur sapa dg teman, bagimana bermain bersama teman, bagaimana berbagi mainan dg teman, dsb, semua itu tentu butuh proses dan proses belajar yg tidak sebentar.

Yah biar bagaimanapun, masing-masing ortu mungkin beda pertimbangan dan kebijakan untuk menyekolahkan anak, semua kembali dari sisi anak dan ortunya juga.

by: Maya Siswadi / Maya Mai Farnomisa